LAPORAN
PENGAMATAN BIOLOGI
“EKOSISTEM
PERKEBUNAN”
Disusun
Oleh :
Tsany Tisna Tamami
Kelas
X MIA 6
SMA
NEGERI 24 BANDUNG
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekosistem merupakan suatu sistem di mana
terjadi hubungan (interaksi) saling ketergantungan antara komponen-komponen di
dalamnya, baik yang berupa makhluk hidup maupun yang tidak hidup. Hubungan
saling ketergantungan antara komponen ekosistem sangat teroganisir. Setiap
komponen memiliki makna khusus bagi komponen lainnya. Hubungan tersebut
berlangsung secara dinamis sehingga terjadilah keseimbangan lingkungan. Ilmu
yang mempelajari hubungan saling ketergantungan atau hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dengan lingkungan tak hidup disebut ekologi.
Di
dalam lingkungan terjadi interaksi kisaran yang luas dan kompleks. Ekologi
merupakan cabang ilmu biologi yang menggabungkan pendekatan hipotesis deduktif,
yang menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk menguji penjelasan hipotesis
dari fenomena-fenomena ekologis (Campbell, 2000).
Ekologi
mempunyai tingkatan pengkajian yaitu unsure biotik dan abiotik. Lingkungan
meliputi komponen abiotik seperti suhu, udara, cahaya, dan nutrient. Yang juga
penting pengaruhnya kepada organisme adalah komponen biotik yakni semua
organisme lain yang merupakan bagian dari lingkungan suatu individu (Campbell,
2000).
Satuan makhluk hidup dalam
ekosistem dapat berupa individu, populasi, atau komunitas. Individu adalah
makhluk tunggal. Contohnya: seekor kelinci,seekor serigala, atau individu yang
lainnya. Sejumlah individu sejenis (satu species) pada tempat tertentu akan
membentuk Populasi. Contoh : di padang rumput hidup sekelompok kelinci dan
sekelompok serigala. Jumlah anggota populasi dapat mengalami perubahan karena
kelahiran, kematian, dan migrasi (emigrasi dan imigrasi). Sedangkan
komunitas yaitu seluruh populasi makhluk hidup yang hidup di suatu daerah
tertentu dan diantara satu sama lain saling berinteraksi. Contoh: di suatu padang
rumput terjadi saling interaksi antar populasi rumput, populasi kelinci dan
populasi serigala. Setiap individu, populasi dan komunitas menempati tempat
hidup tertentu yang disebut habitat (Andri, 2011).
Ekosistem
tidak akan tetap selamanya, tetapi selalu mengalami perubahan. Antara faktor
biotik dan abiotik selalu mengadakan interaksi, hal inilah yang merupakan salah
satu penyebab perubahan. Perubahan suatu ekosistem dapat disebabkan oleh proses
alamiah atau karena campur tangan manusia (Andri, 2011).
Berdasarkan
latar belakang tersebut maka dilakukanlah pengamatan ekosistem di perkebunan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalahnya adalah :
1.
Komponen
biotik dan komponen abiotik yang terdapat di perkebunan?
2.
Hubungan
apa yang terjadi antar sesama komponen biotik dalam ekosistem di perkebunan?
1.3 Tujuan Pengamatan
Adapun tujuan dalam pengamatan ini adalah
untuk mengetahui komponen biotik dan komponen abiotik di perkebunan dan
hubungan antar sesama komponen biotik yang berperan penting dalam ekosistem di
perkebunan.
1.4 Waktu dan Tempat Pengamatan
Percobaan ini dilaksanakan
pada hari Sabtu, 19 April 2014 pukul 10.00-13.00 WIB. Percobaan ini bertempat
di perkebunan situs batu kuda Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam studi ekologi digunakan metoda pendekatan secara
rnenyeluruh pada komponen-komponen yang berkaitan dalam suatu sistem. Ruang
lingkup ekologi berkisar pada tingkat populasi, komunitas, dan ekosistem
(Bonari, 2011).
Ekosistem disusun oleh dua komponen, yaitu
lingkungan fisik atau tidak hidup (komponen abiotik) dan berbagai jenis
makhluk hidup (komponen biotik). Berbagai jenis makhluk hidup tersebut
dapat dikelompokkan menjadi satuan-satuan makhluk hidup dan ekosistem :
1.
Komponen Abiotik
Komponen
abiotik merupakan komponen penyusun ekosistem yang terdiri dari benda-benda tak
hidup. Secara terperinci, kompo-nen abiotik merupakan keadaan fi sik dan kimia
di sekitar organisme yang menjadi medium dan substrat untuk menunjang
berlangsungnya kehidupan organisme tersebut. Contoh komponen abiotik adalah
air, udara, cahaya matahari, tanah, garam mineral, suhu, kelembapan, derajat
keasaman (pH), topografi, dan iklim (Anonim, 2012).
a.
Air
Hampir
semua makhluk hidup membutuhkan air. Karena itu, air merupakan komponen
yang sangat vital bagi kehidupan. Sebagian besar tubuh makhluk hidup tersusun
oleh air dan tidak ada satupun makhluk hidup yang tidak membutuhkan air.
Meskipun demikian, kebutuhan organisme akan air tidaklah sama antara satu
dengan yang lainnya. Begitu pula dengan ketersediaan air di suatu daerah,
tidak sama antara daerah satu dengan yang lainnya. Komponen abiotik
lainnya adalah udara. Kita tidak bisa menyangkal bahwa peranan udara sangat
penting bagi kehidupan di bumi ini. Oksigen yang kita gunakan untuk bernapas
atau CO2 yang diperlukan tumbuhan untuk berfotosintesis juga berasal dari
udara. Bahkan bumi kita pun dilindungi oleh atmosfer yang merupakan
lapisan-lapisan udara (Anonim, 2012).
b.
Udara
Keadaan
udara di suatu tepat dipengaruhi oleh cahaya matahari, kelembaban, dan juga
temperatur (suhu). Intensitas cahaya matahari yang diterima oleh suatu daerah
akan mempengaruhi kelembaban atau kadar uap air di udara. Selain itu, cahaya
matahari juga menyebabkan peningkatan suhu atau temperatur udara. Adanya
perbedaan temperatur menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan udara, sehingga
udara mengalir atau bergerak membentuk angin. Kesemuanya memberikan pengaruh
bagi organisme (Budiati, 2006).
c.
Cahaya Matahari
Cahaya
matahari merupakan sumber energi utama semua makhluk hidup, karena dengannya
tumbuhan dapat berfotosintesis. Sedangkan keberadaan uap air di udara akan
mempengaruhi kecepatan penguapan air dari permukaan tubuh organisme. Organisme
yang hidup di dae-rah panas (suhu udara tinggi dan kelembaban rendah) akan
berupaya untuk mengurangi penguapan air dari dalam tubuh, misalnya onta yang
merupakan hewan khas padang pasir. Sedangkan beruang kutub, karena hidup di
lingkungan yang sangat dingin, beradaptasi dengan memiliki bulu yang tebal.
Selain itu, perbedaan suhu udara juga bisa menimbulkan angin, yaitu aliran
udara akibat perbedaan tekanan. Sehingga organisme akan menyesuaikan diri
dengan kondisi tersebut. Contohnya pada tumbuhan. Tumbuhan yang hidup di daerah
dengan angin yang kencang, daerah pantai misalnya, membentuk sistem
perakaran yang kuat dan batang yang elastis supaya tidak mudah patah ketika
diterpa angin. Contohnya jenis tumbuhan tersebut adalah cemara udang (Anonim,
2012).
d.
Tanah
Selain
air, udara, dan cahaya matahari, keberadaan suatu ekosistem juga dipengaruhi
oleh kondisi tanah. Tanah merupakan tempat hidup bagi berbagai jenis organisme,
terutamatumbuhan. Adanya tumbuhan akan menjadikan suatu daerah memiliki
berbagai organisme pemakan tumbuhan dan organisme lain yang me-makan pemakan
tumbuhan tersebut. Kualitas tanah bisa dilihat dari derajat keasaman (pH),
tekstur (komposisi partikel tanah), dan kandungan garam mineral atau unsur
haranya (Budiati, 2006 ).
e.
Garam Mineral
Tumbuhan
menyerap garam mineral dari dalam tanah untuk pertumbuhan. Hewan dan manusia
memerlukan garam mineral untuk menjaga keseimbangan asam dan basa, mengatur
kerja alat-alat tubuh, dan untuk proses metebolisme.
f.
Suhu
Suhu
adalah derajat energi panas yang berasal dari radiasi sinar, terutama yang
bersumber dari matahari. Suhu udara di berbagai ekosistem berbeda-beda,
bergantung pada garis lintang dan ketinggian tempat.
g.
Kelembapan
Kelembapan
di suatu ekosistem dipengaruhi oleh intensitas sinar matahari, angin, dan curah
hujan.
h.
Derajat Keasaman (pH)
Tumbuhan
akan tumbuh dengan baik pada pH optimum, yaitu berkisar 5,8-7,2. Nilai pH tanah
dipengaruhi oleh curah hujan, penggunaan pupuk, aktivitas akar tanaman dan
penguraian mineral tanah.
i.
Topografi
Topografi
adalah letak suatu tempat dipandang dari ketinggian di atas permukaan air laut
(altitude) atau dipandang dari garis bujur dan garis lintang (latitude).
Topografi yang berbeda menyebabkan perbedaan penerimaan intensitas cahaya,
kelembaban, tekanan udara, dan suhu udara, sehingga topografi dapat menggambarkan
distribusi makhluk hidup. Sedangkan iklim merupakan keadaan cuaca rata-rata di
suatu tempat yang luas dalam waktu yang lama (30 tahun), terbentuk oleh
interaksi berbagai komponen abiotik seperti kelembaban udara, suhu, curah
hujan, cahaya matahari dan lainnya (Sulistyorini, 2009 ).
j.
Iklim
Iklim
mempunyai hubungan yang erat dengan komunitas tumbuhan dan kesuburan tanah.
Contohnya adalah di daerah yang beriklim tropis, seperti Indonesia, memiliki
hutan yang lebat dan kaya akan keanekaragaman hayati yang disebut hutan hujan
tropis sedang kan di daerah subtropis hutan seperti itu tidak dijumpai
(Kistinnah, 2009 ).
2.
Komponen Biotik
Komponen
biotik meliputi semua jenis makhluk hidup yang ada pada suatu ekosistem. Contoh
komponen biotik adalah manusia,hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme. Menurut
peranannya dalam ekosistem, komponen biotik dibedakan menjadi tiga golongan,
yaitu produsen, konsumen, dan pengurai. Organisme yang berperan sebagai
produsen adalah semua organisme yang dapat membuat makanan sendiri. Organisme
ini disebut organisme autotrof, contohnya adalah tumbuhan hijau. Sedangkan
organisme yang tidak mampu membuat makanan sendiri (heterotrof ) berperan
sebagai konsumen ( Sowarno, 2009 ).
a.
Produsen (Autotrof)
Tumbuhan merupakan
organisme autotrof karena dapat membuat makanan sendiri melalui
fotosintesis. Dalam proses ini, bahan anorganik diubah menjadi senyawa organik
dengan bantuan sinar matahari. Melalui proses fotosintesis, gas hasil buangan organisme lain
diubah oleh tumbuhan menjadi zat gula, oksigen, dan energy ( Sowarno, 2009).
b.
Konsumen (Heterotrof)
Berdasarkan
jenis makanan yang dikonsumsinya, konsumen dibedakan menjadi tiga macam yaitu (
Subardi, 2009):
a)
Herbivora adalah organisme pemakan tumbuhan.
Contohnya adalah kerbau, sapi, kambing, kelinci, dan zebra.
b)
Karnivora adalah organisme pemakan hewan
(daging). Misalnya singa, serigala, harimau, kucing, dan elang.
c)
Omnivora adalah organisme pemakan segala jenis
makanan, baik tumbuhan maupun hewan. Contoh omnivora adalah ayam, itik, dan
manusia.
c.
Dekomposer (Pengurai)
Selain produsen dan konsumen, terdapat pula organisme yang berperan sebagai pengurai. Hilangnya tumbuhan dan hewan yang telah mati ini disebabkan oleh aktivitas organisme pengurai atau dekomposer. Mereka berperan menguraikan (melakukan dekomposisi) sisa-sisa organisme yang sudah mati (detritus). Karena memakan detritus, organisme ini disebut juga detritivora (Budiati, 2006).
Selain produsen dan konsumen, terdapat pula organisme yang berperan sebagai pengurai. Hilangnya tumbuhan dan hewan yang telah mati ini disebabkan oleh aktivitas organisme pengurai atau dekomposer. Mereka berperan menguraikan (melakukan dekomposisi) sisa-sisa organisme yang sudah mati (detritus). Karena memakan detritus, organisme ini disebut juga detritivora (Budiati, 2006).
Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup
yang lain. Tiap individu akan selalu berhubungan dengan individu lain yang
sejenis atau lain jenis, baik individu dalam satu populasinya atau
individu-individu dari populasi lain. Interaksi
demikian banyak kita lihat di sekitar kita. Interaksi antar organisme dalam
komunitas ada yang sangat erat dan ada yang kurang erat.
Interaksi
antarorganisme dapat dikategorikan sebagai berikut :
1.
Netral
Hubungan
tidak saling mengganggu antarorganisme dalam habitat yang sama yang bersifat
tidak menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah pihak, disebut netral.
Contohnya : antara capung dan sapi.
2.
Kompetisi
Merupakan
interaksi antarpopulasi, bila antar populasi terdapat kepentingan yang sama
sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang diperlukan. Contoh,
persaingan antara populasi kambing dengan populasi sapi di padang rumput.
3.
Predasi
Predasi
adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan ini sangat erat
sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup. Sebaliknya, predator juga
berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa. Contoh : Singa dengan mangsanya,
yaitu kijang, rusa, dan burung hantu dengan tikus.
4.
Parasitisme
Parasitisme
adalah hubungan antarorganisme yang berbeda spesies, bila salah satu organisme
hidup pada organisme lain dan mengambil makanan dari hospes/inangnya sehingga
bersifat merugikan inangnya. Jadi organism yang lain (parasit) mendapat
keuntungan. Contohnya tumbuhan tali putri (Cuscuta
sp.) yang hidup menumpang pada tanaman lain.
5.
Komensalisme
Komensalisme
merupakan hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies dalam bentuk
kehidupan bersama untuk berbagi sumber makanan; salah satu spesies diuntungkan
dan spesies lainnya tidak dirugikan. Contohnya anggrek dengan pohon yang
ditumpanginya.
6.
Amensalisme
Amensalisme
adalah interaksi antara dua spesies atau lebih yang berakibat salah satu pihak
dirugikan, sedangkan pihak yang lainnya tidak terpengaruh oleh adanya asosiasi
atau tidak berakibat apa-apa (tidak rugi dan tidak untung). Contohnya Nerium oleander menghasilkan racun
oleandrin yang mematikan bagi manusia.
7.
Mutualisme
Mutualisme
adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies yang saling
menguntungkan kedua belah pihak. Contoh, bakteri Rhizobium yang hidup pada bintil akar
kacang-kacangan.
Dengan
adanya interaksi-interaksi tersebut, suatu ekosistem dapat mempertahankan
keseimbangannya. Pengaturan untuk menjamin terjadinya keseimbangan ini
merupakan ciri khas suatu ekosistem. Apabila keseimbangan ini tidak diperoleh
maka akan mendorong terjadinya dinamika perubahan ekosistem untuk mencapai
keseimbangan baru. Adanya perubahan-perubahan pada populasi mendorong perubahan
pada komunitas. Perubahan-perubahan yang terjadi menyebabkan ekosistem berubah.
Perubahan ekosistem akan berakhir setelah terjadi keseimbangan ekosistem.
Keadaan ini merupakan klimaks dari ekosistem. Apabila pada kondisi seimbang
datang gangguan dari luar, kesimbangan ini dapat berubah, dan perubahan yang
terjadi akan selalu mendorong terbentuknya keseimbangan baru (Sativani,2010).
Secara
garis besar ekosistem dibedakan menjadi ekosistem darat dan ekosistem perairan.
Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air tawar dan ekosistem air Laut
(Anonim,2012).
Berdasarkan proses terjadinya, ekosistem dibedakan
atas dua macam (Anonim,2012):
1.
Ekosistem Alami, yaitu ekosistem yang terjadi
secara alami tanpa campur tangan manusia. Contoh : padang rumput, gurun,laut.
2.
Ekosistem Buatan, yaitu ekosistem yang terjadi
karena buatan manusia.
Contoh : kolam, sawah, waduk, kebun.
Contoh : kolam, sawah, waduk, kebun.
BAB
III
METODE PENGAMATAN
METODE PENGAMATAN
3.1 Alat
Alat
yang digunakan pada pengamatan ini adalah handphone/kamera dan alat tulis
menulis.
3.2 Bahan
Bahan
yang digunakan dalam percobaan ini adalah kertas dan buku untuk menulis
data-data yang ditemukan.
3.3 Prosedur
Kerja
Prosedur pengamatan ini yaitu :
1.
Memilih daerah penelitian
Dalam
hal ini, pilihlah daerah penelitian dimana memungkinkan semua makhluk hidup
tumbuh dan berkembang sehingga memudahkan kita untuk mendapatkan data yang
diinginkan. Kami memilih perkebunan di situs batu kuda, Kab. Bandung, Jawa
Barat.
2.
Membagi sektor wilayah yang akan di
amati.
3.
Mengamati komponen yang ada di tempat
pengamatan.
4.
Mengumpulkan data sebanyak mungkin baik
data berupa lingkungan biotik maupun lingkungan abiotik.
5.
Mem-foto tempat pengamatan (perkebunan).
6.
Memilah-milah sesuai dengan trofiknya
Dalam
hal ini, kita mengelompokkan data berdasarkan trofiknya dalam ekosistem.
Misalnya, kita mengelompokkan semua data berupa tumbuhan ke dalam produsen dan
hewan- hewan ke dalam konsumen I, konsumen II ataupun konsumen III seseuai
dengan kedudukannya dalam ekosistem.
7.
Membuat rantai makanan beradasarkan data
yang diperoleh.
8.
Membuat jaring-jaring makanan
berdasarkan data yang diperoleh.
9.
Membuat piramida makanan berdasarkan
pengelompokkan tadi.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
A.
Komponen Abiotik dan Biotik
a.
Abiotik
1.
Batu
2.
Tanah
3.
Air
4.
Cahaya
5.
Suhu
6.
Udara
7.
Sampah
b.
Biotik
1. Pohon
Pinus (Pinus merkusii)
2. Tumbuhan
paku (Pteridophyta)
3. Jamur (Fungi)
4. Lumut (Bryophyta)
5. Rumput
Gajah (Pennisetum purpureum)
6. Rumput Teki (Cyperus
rotundus)
7. Tumbuhan Kapulaga (Amomum
compactum)
8. Tumbuhan
Kopi (Coffea)
9. Tumbuhan
Bambu (Bambusa arundinacea)
10. Lalat (Musca domestica)
11. Lipan (Scolopendra
subspinipes)
12. Semut
hitam (Camponotus caryae)
13. Ulat
bulu (Lymantridae)
14. Kupu-kupu (Delias fruhstorferi)
15. Belalang (Valanga sp)
16. Burung (Aves)
1. Rantai makanan
Rantai makanan adalah peristiwa makan dan dimakan
antara organisme dengan arah tertentu pada suatu ekosistem. terdiri atas rantai
makanan perumput,rantai makanan detritus. Kemudian dihancurkan oleh dekomposer
terutama oleh fungi dan bakteri. Tetapi keadaan sangat berbeda pada sisa
tumbuhan yang tidak bisa hancur dan tertimbun menjadi gambut, kemudian akan
menjadi batu arang. Setiap organisme, misalnya sapi atau belalang yang memakan
tumbuhan disebut herbivora atau konsumen primer. Karnivora seperti halnya
burung yang memakan herbivora disebut konsumen sekunder. Karnivora sebagaimana
ular, yang memakan konsumen sekunder dinamakan konsumen tersier, dan
seterusnya. Setiap tingkatan konsumen dalam suatu rantai makanan disebut
tingkatan trofik. Sedangkan jaring-jaring makanan dibentuk oleh beberapa rantai
makanan yang saling berhubungan.
Pada rantai makanan, proses makan dan dimakan hanya berlangsung dalam satu arah, sehingga tidak ada kompunen di dalamnya yang memiliki dua fungsi sekaligus, karena mereka telah menempati peran masing masing tanpa ada saling singgung. Sewaktu tumbuhan hijau dimakan herbivora, energi kimia yang tersimpan dalam tumbuhan berpindah ke dalam tubuh herbivora dan sebagian energi hilang berupa panas. Demikian juga sewaktu herbivora dimakan karnivora. Oleh karena itu, aliran energi pada rantai makanan jumlahnya semakin berkurang. Pergerakan energi di dalam ekosistem hanya satu jalur, berupa aliran energy.
Dengan demikian, pada rantai makanan tersebut dapat dijelaskan bahwa :
Rumput bertindak sebagai produsen, tikus sebagai konsumen I (herbivora), burung sebagai konsumen II (karnivora), dan elang sebagai konsumen III.
2. Jaring-jaring makanan
Pada hakikatnya, setiap makhluk hidup di dalam suatu ekosistem merupakan sumber materi dan energi bagi makhluk hidup lainnya. Suatu kenyataannya bahwa setiap jenis makhluk hidup tidak hanya memakan satu jenis makhluk hidup lainnya. Akibat dari semua itu maka di dalam suatu ekosistem, rantai-rantaimakanan itu akan saling berhubungan satu sama lain sedemikian rupa sehingga membentuk seperi jaring-jaring. Itulah sebabnya disebut jaring- jaring makanan.
Dalam alam terjadi perpindahan energi yang lebih rumit karena berliku-likunya kita sebut sebagai jaring-jaring makanan. Jaring-jaring makanan dapat pula diartikan sebagai rantai makanan yang bercabang-cabang (Dwidjoseputro, 1991).
Jaring-jaring makanan merupakan sekumpulan rantai makanan yang saling berhubungan. Pada jaring-jaring makanan terdapat dua atau lebih produsen dan konsumen. Seperti pada jaring- jaring makanan yang ada di atas, jumlah produsen ada dua, yaitu rumput dan pohon pinus, konsumen I terdapat tiga hewan, yaitu burung (pemakan biji-bijan), ulat, dan belalang, pada konsumen II terdapat burung (pemakan serangga).
1. Piramida Ekologi
Sebuah ekosistem akan seimbang dan terjaga kelestariannya apabila jumlah produsen lebih banyak daripada jumlah konsumen I, jumlah konsumen I harus lebih banyak daripada konsumen II, dan seterusnya. Apabila kondisi tersebut digambarkan maka akan terbentuk suatu piramida makanan.
Struktur
trofik pada ekosistem dapat disajikan dalam bentuk piramida ekologi. Ada 3
jenis piramida ekologi, yaitu :
1. Piramida Jumlah
Organisme
dengan tingkat trofik masing - masing dapat disajikan dalam piramida jumlah,
seperti Organisme di tingkat trofik pertama biasanya paling melimpah.
2. Piramida
Biomassa
Penggambaran
yang lebih realistik dapat disajikan dengan piramida biomassa. Biomassa adalah
ukuran berat materi hidup di waktu tertentu. Untuk mengukur biomassa di tiap
tingkat trofik maka rata-rata berat organisme di tiap tingkat harus diukur
kemudian barulah jumlah organisme pada setiap tingkat diperkirakan. Piramida
biomassa berfungsi menggambarkan perpaduan massa seluruh organisme di habitat
tertentu, dan diukur dalam gram.
3. Piramida
Energi
Seringkali
piramida biomassa tidak selalu memberi informasi yang kita butuhkan tentang
ekosistem tertentu. Lain dengan Piramida energi yang dibuat berdasarkan
observasi yang dilakukan dalam waktuyang lama. Piramida energi mampu memberikan
gambaran palingakurat tentang aliran energi dalam ekosistem.Pada piramida
energi terjadi penurunan sejumlah energiberturut-turut yang tersedia di tiap
tingkat trofik.
Pada gambar piramida yang ada di atas, tingkat trofik I di tempati oleh produsen yaitu rumput dan pepohonan, tingkat trofik II di tempati oleh konsumen primer yaitu ulat, tikus dan belalang, dan tingkat trofik III di tempati oleh ayam dan katak, serta trofik VI ditempati oleh Ular dan Elang.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. 1. Terdapat beberapa komponen, baik
komponen biotik maupun komponen abiotik.
2. Di dalam suatu ekosistem di perkebunan
terdapat komponen biotik (mahkluk hidup) dan komponen abiotik (lingkungan) yang
saling berhubungan untuk menjaga kesimbangan ekosistem.
5.2 Saran
Saran yang ingin kami sampaikan pada pengamatan kali
ini adalah jagalah stabilitas ekosistem yang ada, janganlah merusak dan
mengganggu keseimbangan ekosistem.
DAFTAR
PUSTAKA
Irnaningtyas.
2013. Biologi untuk SMA/MA Kelas X.
Jakarta: Erlangga.
Campbell,
Neil A. dkk., 2000. Biologi Edisi
Kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Sativani,
Risa, 2010. Ekologi Populasi. http://oryza-sativa135rsh.blogspot.com. Diakses
pada tanggal 19 April 2014, pukul 21.30 WIB.
Andri,
2011. Laporan Tetap Ekologi
Pertanian. http://andriecaale.blogspot.com. Diakses pada tanggal 19
April 2014, pukul 22.00 WIB.
Anonim,
2012. Pengaruh Faktor Biotik
Ekosistem. http://novyjuli.blogspot.com. Diakses pada tanggal
19 April 2014, pukul 22.30 WIB.
Bonari,
Mega, 2011. Keragaman Komunitas.
http://megabohari.blogspot.com. Diakses pada tanggal 19 April 2014,
pukul 22.30 WIB.
MU jaya!!
BalasHapus