Minggu, 27 April 2014

Laporan Pengamatan Ekosistem Kebun


LAPORAN PENGAMATAN BIOLOGI

“EKOSISTEM PERKEBUNAN”


Disusun Oleh :
Tsany Tisna  Tamami

Kelas X MIA 6

SMA NEGERI 24 BANDUNG



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Ekosistem merupakan suatu sistem di mana terjadi hubungan (interaksi) saling ketergantungan antara komponen-komponen di dalamnya, baik yang berupa makhluk hidup maupun yang tidak hidup. Hubungan saling ketergantungan antara komponen ekosistem sangat teroganisir. Setiap komponen memiliki makna khusus bagi komponen lainnya. Hubungan tersebut berlangsung secara dinamis sehingga terjadilah keseimbangan lingkungan. Ilmu yang mempelajari hubungan saling ketergantungan atau hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan tak hidup disebut ekologi.
Di dalam lingkungan terjadi interaksi kisaran yang luas dan kompleks. Ekologi merupakan cabang ilmu biologi yang menggabungkan pendekatan hipotesis deduktif, yang menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk menguji penjelasan hipotesis dari fenomena-fenomena ekologis (Campbell, 2000).
Ekologi mempunyai tingkatan pengkajian yaitu unsure biotik dan abiotik. Lingkungan meliputi komponen abiotik seperti suhu, udara, cahaya, dan nutrient. Yang juga penting pengaruhnya kepada organisme adalah komponen biotik yakni semua organisme lain yang merupakan bagian dari lingkungan suatu individu (Campbell, 2000).
Satuan makhluk hidup dalam ekosistem dapat berupa individu, populasi, atau komunitas. Individu adalah makhluk tunggal. Contohnya: seekor kelinci,seekor serigala, atau individu yang lainnya. Sejumlah individu sejenis (satu species) pada tempat tertentu akan membentuk Populasi. Contoh : di padang rumput hidup sekelompok kelinci dan sekelompok serigala. Jumlah anggota populasi dapat mengalami perubahan karena kelahiran, kematian, dan migrasi (emigrasi dan imigrasi).  Sedangkan komunitas yaitu seluruh populasi makhluk hidup yang hidup di suatu daerah tertentu dan diantara satu sama lain saling berinteraksi. Contoh: di suatu padang rumput terjadi saling interaksi antar populasi rumput, populasi kelinci dan populasi serigala. Setiap individu, populasi dan komunitas menempati tempat hidup tertentu yang disebut habitat (Andri, 2011).
Ekosistem tidak akan tetap selamanya, tetapi selalu mengalami perubahan. Antara faktor biotik dan abiotik selalu mengadakan interaksi, hal inilah yang merupakan salah satu penyebab perubahan. Perubahan suatu ekosistem dapat disebabkan oleh proses alamiah atau karena campur tangan manusia (Andri, 2011).

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukanlah pengamatan ekosistem di perkebunan.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalahnya adalah :
1.         Komponen biotik dan komponen abiotik yang terdapat di perkebunan?
2.         Hubungan apa yang terjadi antar sesama komponen biotik dalam ekosistem di perkebunan?

1.3  Tujuan Pengamatan
Adapun tujuan dalam pengamatan ini adalah untuk mengetahui komponen biotik dan komponen abiotik di perkebunan dan hubungan antar sesama komponen biotik yang berperan penting dalam ekosistem di perkebunan.

1.4  Waktu dan Tempat Pengamatan
Percobaan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 19 April 2014 pukul 10.00-13.00 WIB. Percobaan ini bertempat di perkebunan situs batu kuda Kabupaten Bandung, Jawa Barat.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Dalam studi ekologi digunakan metoda pendekatan secara rnenyeluruh pada komponen-komponen yang berkaitan dalam suatu sistem. Ruang lingkup ekologi berkisar pada tingkat populasi, komunitas, dan ekosistem (Bonari, 2011).
Ekosistem disusun oleh dua komponen, yaitu lingkungan fisik atau tidak hidup (komponen abiotik) dan berbagai jenis makhluk hidup (komponen  biotik). Berbagai jenis makhluk hidup tersebut dapat dikelompokkan menjadi satuan-satuan makhluk hidup dan ekosistem :
1.             Komponen Abiotik
Komponen abiotik merupakan komponen penyusun ekosistem yang terdiri dari benda-benda tak hidup. Secara terperinci, kompo-nen abiotik merupakan keadaan fi sik dan kimia di sekitar organisme yang menjadi medium dan substrat untuk menunjang berlangsungnya kehidupan organisme tersebut. Contoh komponen abiotik adalah air, udara, cahaya matahari, tanah, garam mineral, suhu, kelembapan, derajat keasaman (pH), topografi, dan iklim (Anonim, 2012).
a.         Air
Hampir semua makhluk hidup membutuhkan  air. Karena itu, air merupakan komponen yang sangat vital bagi kehidupan. Sebagian besar tubuh makhluk hidup tersusun oleh air dan tidak ada satupun makhluk hidup yang tidak membutuhkan air. Meskipun demikian, kebutuhan organisme akan air tidaklah sama antara satu dengan yang lainnya. Begitu pula dengan ketersediaan air di suatu daerah, tidak  sama antara daerah satu dengan yang lainnya. Komponen abiotik lainnya adalah udara. Kita tidak bisa menyangkal bahwa peranan udara sangat penting bagi kehidupan di bumi ini. Oksigen yang kita gunakan untuk bernapas atau CO2 yang diperlukan tumbuhan untuk berfotosintesis juga berasal dari udara. Bahkan bumi kita pun dilindungi oleh atmosfer yang merupakan lapisan-lapisan udara (Anonim, 2012).
b.         Udara
Keadaan udara di suatu tepat dipengaruhi oleh cahaya matahari, kelembaban, dan juga temperatur (suhu). Intensitas cahaya matahari yang diterima oleh suatu daerah akan mempengaruhi kelembaban atau kadar uap air di udara. Selain itu, cahaya matahari juga menyebabkan peningkatan suhu atau temperatur udara. Adanya perbedaan temperatur menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan udara, sehingga udara mengalir atau bergerak membentuk angin. Kesemuanya memberikan pengaruh bagi organisme (Budiati, 2006).
c.         Cahaya Matahari
Cahaya matahari merupakan sumber energi utama semua makhluk hidup, karena dengannya tumbuhan dapat berfotosintesis. Sedangkan keberadaan uap air di udara akan mempengaruhi kecepatan penguapan air dari permukaan tubuh organisme. Organisme yang hidup di dae-rah panas (suhu udara tinggi dan kelembaban rendah) akan berupaya untuk mengurangi penguapan air dari dalam tubuh, misalnya onta yang merupakan hewan khas padang pasir. Sedangkan beruang kutub, karena hidup di lingkungan yang sangat dingin, beradaptasi dengan memiliki bulu yang tebal. Selain itu, perbedaan suhu udara juga bisa menimbulkan angin, yaitu aliran udara akibat perbedaan tekanan. Sehingga organisme akan menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut. Contohnya pada tumbuhan. Tumbuhan yang hidup di daerah dengan angin yang kencang, daerah pantai misalnya,  membentuk sistem perakaran yang kuat dan batang yang elastis supaya tidak mudah patah ketika diterpa angin. Contohnya jenis tumbuhan tersebut adalah cemara udang (Anonim, 2012).
d.        Tanah
Selain air, udara, dan cahaya matahari, keberadaan suatu ekosistem juga dipengaruhi oleh kondisi tanah. Tanah merupakan tempat hidup bagi berbagai jenis organisme, terutamatumbuhan. Adanya tumbuhan akan menjadikan suatu daerah memiliki berbagai organisme pemakan tumbuhan dan organisme lain yang me-makan pemakan tumbuhan tersebut. Kualitas tanah bisa dilihat dari derajat keasaman (pH), tekstur (komposisi partikel tanah), dan kandungan garam mineral atau unsur haranya (Budiati, 2006 ).
e.         Garam Mineral
Tumbuhan menyerap garam mineral dari dalam tanah untuk pertumbuhan. Hewan dan manusia memerlukan garam mineral untuk menjaga keseimbangan asam dan basa, mengatur kerja alat-alat tubuh, dan untuk proses metebolisme.
f.          Suhu
Suhu adalah derajat energi panas yang berasal dari radiasi sinar, terutama yang bersumber dari matahari. Suhu udara di berbagai ekosistem berbeda-beda, bergantung pada garis lintang dan ketinggian tempat.
g.         Kelembapan
Kelembapan di suatu ekosistem dipengaruhi oleh intensitas sinar matahari, angin, dan curah hujan.
h.         Derajat Keasaman (pH)
Tumbuhan akan tumbuh dengan baik pada pH optimum, yaitu berkisar 5,8-7,2. Nilai pH tanah dipengaruhi oleh curah hujan, penggunaan pupuk, aktivitas akar tanaman dan penguraian mineral tanah.
i.           Topografi
Topografi  adalah letak suatu tempat dipandang dari ketinggian di atas permukaan air laut (altitude) atau dipandang dari garis bujur dan garis lintang (latitude). Topografi  yang berbeda menyebabkan perbedaan penerimaan intensitas cahaya, kelembaban, tekanan udara, dan suhu udara, sehingga topografi  dapat menggambarkan distribusi makhluk hidup. Sedangkan iklim merupakan keadaan cuaca rata-rata di suatu tempat yang luas dalam waktu yang lama (30 tahun), terbentuk oleh interaksi berbagai komponen abiotik seperti kelembaban udara, suhu, curah hujan, cahaya matahari dan lainnya (Sulistyorini, 2009 ).
j.           Iklim
Iklim mempunyai hubungan yang erat dengan komunitas tumbuhan dan kesuburan tanah. Contohnya adalah di daerah yang beriklim tropis, seperti Indonesia, memiliki hutan yang lebat dan kaya akan keanekaragaman hayati yang disebut hutan hujan tropis sedang kan di daerah subtropis hutan seperti itu tidak dijumpai (Kistinnah, 2009 ).

2.             Komponen Biotik
Komponen biotik meliputi semua jenis makhluk hidup yang ada pada suatu ekosistem. Contoh komponen biotik adalah manusia,hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme. Menurut peranannya dalam ekosistem, komponen biotik dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu produsen, konsumen, dan pengurai. Organisme yang berperan sebagai produsen  adalah semua organisme yang dapat membuat makanan sendiri. Organisme ini disebut organisme autotrof, contohnya adalah tumbuhan hijau. Sedangkan organisme yang tidak mampu membuat makanan sendiri (heterotrof ) berperan sebagai konsumen ( Sowarno, 2009 ).
a.         Produsen (Autotrof)
Tumbuhan merupakan organisme autotrof karena dapat membuat makanan sendiri melalui  fotosintesis. Dalam proses ini, bahan anorganik diubah menjadi senyawa organik dengan bantuan sinar matahari. Melalui proses fotosintesis, gas  hasil buangan organisme lain diubah oleh tumbuhan menjadi zat gula, oksigen, dan energy ( Sowarno, 2009).
b.        Konsumen (Heterotrof)
Berdasarkan jenis makanan yang dikonsumsinya, konsumen dibedakan menjadi tiga macam yaitu ( Subardi, 2009):
a)        Herbivora adalah organisme pemakan tumbuhan. Contohnya adalah kerbau, sapi, kambing, kelinci, dan zebra.
b)        Karnivora adalah organisme pemakan hewan (daging). Misalnya singa, serigala, harimau, kucing, dan elang.
c)        Omnivora adalah organisme pemakan segala jenis makanan, baik tumbuhan maupun hewan. Contoh omnivora adalah ayam, itik, dan manusia.
c.         Dekomposer (Pengurai)
      Selain produsen dan konsumen, terdapat pula organisme yang berperan sebagai pengurai. Hilangnya tumbuhan dan hewan yang telah mati ini disebabkan oleh aktivitas organisme pengurai atau dekomposer. Mereka berperan menguraikan (melakukan dekomposisi) sisa-sisa organisme yang sudah mati (detritus). Karena memakan detritus, organisme ini disebut juga detritivora (Budiati, 2006).

Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain. Tiap individu akan selalu berhubungan dengan individu lain yang sejenis atau lain jenis, baik individu dalam satu populasinya atau individu-individu dari populasi lain. Interaksi demikian banyak kita lihat di sekitar kita. Interaksi antar organisme dalam komunitas ada yang sangat erat dan ada yang kurang erat.
Interaksi antarorganisme dapat dikategorikan sebagai berikut :
1.         Netral
Hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme dalam habitat yang sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah pihak, disebut netral. Contohnya : antara capung dan sapi.
2.         Kompetisi
Merupakan interaksi antarpopulasi, bila antar populasi terdapat kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang diperlukan. Contoh, persaingan antara populasi kambing dengan populasi sapi di padang rumput.
3.         Predasi
Predasi adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan ini sangat erat sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup. Sebaliknya, predator juga berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa. Contoh : Singa dengan mangsanya, yaitu kijang, rusa, dan burung hantu dengan tikus.
4.         Parasitisme
Parasitisme adalah hubungan antarorganisme yang berbeda spesies, bila salah satu organisme hidup pada organisme lain dan mengambil makanan dari hospes/inangnya sehingga bersifat merugikan inangnya. Jadi organism yang lain (parasit) mendapat keuntungan. Contohnya tumbuhan tali putri (Cuscuta sp.) yang hidup menumpang pada tanaman lain.
5.         Komensalisme
Komensalisme merupakan hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies dalam bentuk kehidupan bersama untuk berbagi sumber makanan; salah satu spesies diuntungkan dan spesies lainnya tidak dirugikan. Contohnya anggrek dengan pohon yang ditumpanginya.

6.         Amensalisme
Amensalisme adalah interaksi antara dua spesies atau lebih yang berakibat salah satu pihak dirugikan, sedangkan pihak yang lainnya tidak terpengaruh oleh adanya asosiasi atau tidak berakibat apa-apa (tidak rugi dan tidak untung). Contohnya Nerium oleander menghasilkan racun oleandrin yang mematikan bagi manusia.
7.         Mutualisme
Mutualisme adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Contoh, bakteri Rhizobium yang hidup pada bintil akar kacang-kacangan.

Dengan adanya interaksi-interaksi tersebut, suatu ekosistem dapat mempertahankan keseimbangannya. Pengaturan untuk menjamin terjadinya keseimbangan ini merupakan ciri khas suatu ekosistem. Apabila keseimbangan ini tidak diperoleh maka akan mendorong terjadinya dinamika perubahan ekosistem untuk mencapai keseimbangan baru. Adanya perubahan-perubahan pada populasi mendorong perubahan pada komunitas. Perubahan-perubahan yang terjadi menyebabkan ekosistem berubah. Perubahan ekosistem akan berakhir setelah terjadi keseimbangan ekosistem. Keadaan ini merupakan klimaks dari ekosistem. Apabila pada kondisi seimbang datang gangguan dari luar, kesimbangan ini dapat berubah, dan perubahan yang terjadi akan selalu mendorong terbentuknya keseimbangan baru (Sativani,2010).
Secara garis besar ekosistem dibedakan menjadi ekosistem darat dan ekosistem perairan. Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air tawar dan ekosistem air Laut (Anonim,2012).
Berdasarkan proses terjadinya, ekosistem dibedakan atas dua macam (Anonim,2012):
1.         Ekosistem Alami, yaitu ekosistem yang terjadi secara alami tanpa campur tangan manusia. Contoh : padang rumput, gurun,laut.
2.         Ekosistem Buatan, yaitu ekosistem yang terjadi karena buatan manusia.
Contoh : kolam, sawah, waduk, kebun.



BAB III
METODE PENGAMATAN

3.1  Alat
Alat yang digunakan pada pengamatan ini adalah handphone/kamera dan alat tulis menulis.

3.2  Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah kertas dan buku untuk menulis data-data yang ditemukan.

3.3    Prosedur Kerja
Prosedur pengamatan ini yaitu :
1.         Memilih daerah penelitian
Dalam hal ini, pilihlah daerah penelitian dimana memungkinkan semua makhluk hidup tumbuh dan berkembang sehingga memudahkan kita untuk mendapatkan data yang diinginkan. Kami memilih perkebunan di situs batu kuda, Kab. Bandung, Jawa Barat.
2.         Membagi sektor wilayah yang akan di amati.
3.         Mengamati komponen yang ada di tempat pengamatan.
4.         Mengumpulkan data sebanyak mungkin baik data berupa lingkungan biotik maupun lingkungan abiotik.
5.         Mem-foto tempat pengamatan (perkebunan).
6.         Memilah-milah sesuai dengan trofiknya
Dalam hal ini, kita mengelompokkan data berdasarkan trofiknya dalam ekosistem. Misalnya, kita mengelompokkan semua data berupa tumbuhan ke dalam produsen dan hewan- hewan ke dalam konsumen I, konsumen II ataupun konsumen III seseuai dengan kedudukannya dalam ekosistem.
7.         Membuat rantai makanan beradasarkan data yang diperoleh.
8.         Membuat jaring-jaring makanan berdasarkan data yang diperoleh.
9.         Membuat piramida makanan berdasarkan pengelompokkan tadi.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1  Hasil Pengamatan
A.    Komponen Abiotik dan Biotik
a.         Abiotik
1.        Batu
2.         Tanah
3.        Air
4.        Cahaya
5.        Suhu
6.        Udara
7.        Sampah
b.        Biotik
1.      Pohon Pinus (Pinus merkusii)
2.      Tumbuhan paku (Pteridophyta)
3.      Jamur (Fungi)
4.      Lumut (Bryophyta)
5.      Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)
6.      Rumput Teki (Cyperus rotundus)
7.      Tumbuhan Kapulaga (Amomum compactum)
8.      Tumbuhan Kopi (Coffea)
9.      Tumbuhan Bambu (Bambusa arundinacea)
10.  Lalat (Musca domestica)
11.  Lipan (Scolopendra subspinipes)
12.  Semut hitam (Camponotus caryae)
13.  Ulat bulu (Lymantridae)
14.  Kupu-kupu (Delias fruhstorferi)
15.  Belalang (Valanga sp)
16.  Burung (Aves)


                           B. Lokasi Pengamatan









             4.2 Pembahasan

                   1. Rantai makanan

                                        

     Rantai makanan adalah peristiwa makan dan dimakan antara organisme dengan arah tertentu pada suatu ekosistem. terdiri atas rantai makanan perumput,rantai makanan detritus. Kemudian dihancurkan oleh dekomposer terutama oleh fungi dan bakteri. Tetapi keadaan sangat berbeda pada sisa tumbuhan yang tidak bisa hancur dan tertimbun menjadi gambut, kemudian akan menjadi batu arang. Setiap organisme, misalnya sapi atau belalang yang memakan tumbuhan disebut herbivora atau konsumen primer. Karnivora seperti halnya burung yang memakan herbivora disebut konsumen sekunder. Karnivora sebagaimana ular, yang memakan konsumen sekunder dinamakan konsumen tersier, dan seterusnya. Setiap tingkatan konsumen dalam suatu rantai makanan disebut tingkatan trofik. Sedangkan jaring-jaring makanan dibentuk oleh beberapa rantai makanan yang saling berhubungan.
      Pada rantai makanan, proses makan dan dimakan hanya berlangsung dalam satu arah, sehingga tidak ada kompunen di dalamnya yang memiliki dua fungsi sekaligus, karena mereka telah menempati peran masing masing tanpa ada saling singgung. Sewaktu tumbuhan hijau dimakan herbivora, energi kimia yang tersimpan dalam tumbuhan berpindah ke dalam tubuh herbivora dan sebagian energi hilang berupa panas. Demikian juga sewaktu herbivora dimakan karnivora. Oleh karena itu, aliran energi pada rantai makanan jumlahnya semakin berkurang. Pergerakan energi di dalam ekosistem hanya satu jalur, berupa aliran energy.

                        Dengan demikian, pada rantai makanan tersebut dapat dijelaskan bahwa :

                        Rumput bertindak sebagai produsen, tikus sebagai konsumen I (herbivora), burung sebagai                           konsumen II (karnivora), dan elang sebagai konsumen III.

                    2. Jaring-jaring makanan

                                           
           
                        Pada hakikatnya, setiap makhluk hidup di dalam suatu ekosistem merupakan sumber materi                          dan energi bagi makhluk hidup lainnya. Suatu kenyataannya bahwa setiap jenis makhluk                                hidup tidak hanya memakan satu jenis makhluk hidup lainnya. Akibat dari semua itu maka di                          dalam suatu ekosistem, rantai-rantaimakanan itu akan saling berhubungan satu sama lain                                sedemikian rupa sehingga membentuk seperi jaring-jaring. Itulah sebabnya disebut jaring-                              jaring makanan.

                       Dalam alam terjadi perpindahan energi yang lebih rumit karena berliku-likunya kita sebut                                sebagai jaring-jaring makanan. Jaring-jaring makanan dapat pula diartikan sebagai rantai                                makanan yang bercabang-cabang (Dwidjoseputro, 1991).

                      Jaring-jaring makanan merupakan sekumpulan rantai makanan yang saling berhubungan. Pada                       jaring-jaring makanan terdapat dua atau lebih produsen dan konsumen. Seperti pada jaring-                         jaring makanan yang ada di atas, jumlah produsen ada dua, yaitu rumput dan pohon pinus,                             konsumen I terdapat tiga hewan, yaitu burung (pemakan biji-bijan), ulat, dan belalang, pada                           konsumen II terdapat burung (pemakan serangga).


                      1. Piramida Ekologi


                        Sebuah ekosistem akan seimbang dan terjaga kelestariannya apabila jumlah produsen lebih                           banyak daripada jumlah konsumen I, jumlah konsumen I harus lebih banyak daripada                                   konsumen II, dan seterusnya. Apabila kondisi tersebut digambarkan maka akan terbentuk                             suatu piramida makanan.
Struktur trofik pada ekosistem dapat disajikan dalam bentuk piramida ekologi. Ada 3 jenis piramida ekologi, yaitu :
1.       Piramida Jumlah
            Organisme dengan tingkat trofik masing - masing dapat disajikan dalam piramida jumlah, seperti Organisme di tingkat trofik pertama biasanya paling melimpah.
2.      Piramida Biomassa
            Penggambaran yang lebih realistik dapat disajikan dengan piramida biomassa. Biomassa adalah ukuran berat materi hidup di waktu tertentu. Untuk mengukur biomassa di tiap tingkat trofik maka rata-rata berat organisme di tiap tingkat harus diukur kemudian barulah jumlah organisme pada setiap tingkat diperkirakan. Piramida biomassa berfungsi menggambarkan perpaduan massa seluruh organisme di habitat tertentu, dan diukur dalam gram.
3.      Piramida Energi
            Seringkali piramida biomassa tidak selalu memberi informasi yang kita butuhkan tentang ekosistem tertentu. Lain dengan Piramida energi yang dibuat berdasarkan observasi yang dilakukan dalam waktuyang lama. Piramida energi mampu memberikan gambaran palingakurat tentang aliran energi dalam ekosistem.Pada piramida energi terjadi penurunan sejumlah energiberturut-turut yang tersedia di tiap tingkat trofik.
Pada gambar piramida yang ada di atas, tingkat trofik I di tempati oleh produsen yaitu rumput dan pepohonan, tingkat trofik II di tempati oleh konsumen primer yaitu ulat, tikus dan belalang, dan tingkat trofik III di tempati oleh ayam dan katak, serta trofik VI ditempati oleh Ular dan Elang.




BAB V
PENUTUP

                5.1  Kesimpulan
           Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1.                                                   1. Terdapat beberapa komponen, baik komponen biotik maupun komponen abiotik.
                            2.  Di dalam suatu ekosistem di perkebunan terdapat komponen biotik (mahkluk hidup) dan                               komponen abiotik (lingkungan) yang saling berhubungan untuk menjaga kesimbangan                                     ekosistem.
                5.2  Saran
           Saran yang ingin kami sampaikan pada pengamatan kali ini adalah jagalah stabilitas ekosistem                 yang ada, janganlah merusak dan mengganggu keseimbangan ekosistem.



DAFTAR PUSTAKA

Irnaningtyas. 2013. Biologi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Campbell, Neil A. dkk., 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

Sativani, Risa, 2010. Ekologi Populasihttp://oryza-sativa135rsh.blogspot.com. Diakses pada tanggal 19 April 2014, pukul 21.30 WIB.

Andri, 2011. Laporan Tetap Ekologi Pertanian. http://andriecaale.blogspot.com. Diakses pada tanggal 19 April 2014, pukul 22.00 WIB.

Anonim, 2012. Pengaruh Faktor Biotik Ekosistem. http://novyjuli.blogspot.com. Diakses pada tanggal 19 April 2014, pukul 22.30 WIB.

Bonari, Mega, 2011. Keragaman Komunitas. http://megabohari.blogspot.com. Diakses pada tanggal 19 April 2014, pukul 22.30 WIB.

1 komentar: